Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan terkait potensi gempa bumi megathrust yang dapat mengancam Jakarta. Berdasarkan skenario BMKG, gempa Intra-Slab di Selat Sunda dengan kekuatan Magnitudo (M) 7,8 memiliki potensi besar untuk berdampak pada Jakarta.
Gempa Intra-Slab adalah jenis gempa yang bersumber dari lempeng Samudra bagian dalam, namun tidak berada di zona megathrust. BMKG menekankan bahwa potensi gempa tidak hanya berasal dari zona megathrust, tetapi juga dari gempa Intra-Slab, yang dapat menghasilkan guncangan hebat.
Ancaman Gempa Bumi Megathrust Jakarta
Septa Anggraini, Penanggung Jawab Tim Diseminasi Mitigasi Gempabumi dan Tsunami di Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, menjelaskan bahwa berdasarkan hasil pemodelan, gempa Intra-Slab dengan kekuatan M7,8 di Selat Sunda bisa menjadi ancaman serius. Guncangan tanah yang dihasilkan dari gempa ini dapat mencapai intensitas VII-VIII pada skala MMI di Jakarta, yang berarti bisa menyebabkan kerusakan sedang hingga berat.
Baca Juga : Ancaman Gempa Bumi Megathrust Jakarta, Segawat Apa?
“Gempa Intra-Slab Selat Sunda bersumber dari bagian dalam lempeng Samudra, bukan di zona megathrust,” kata Septa pada Selasa (10/9/2023). Ia menambahkan bahwa Jakarta harus waspada karena dampaknya bisa signifikan, dengan kerusakan yang diprediksi berkisar dari sedang hingga berat.
Namun, Septa menegaskan bahwa skenario ini adalah hasil pemodelan, yang bisa saja benar atau salah. Tidak ada yang dapat memprediksi secara pasti kapan gempa akan terjadi. Oleh karena itu, mitigasi dan kesiapsiagaan harus menjadi fokus utama untuk menghadapi ancaman ini.
Sementara itu, Plt. Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menyampaikan pentingnya pengembangan teknologi untuk menghadapi ancaman tsunami megathrust. BMKG bekerja sama dengan universitas-universitas di Indonesia untuk mengembangkan sistem pemrosesan gempa bumi dan tsunami yang sepenuhnya dikembangkan oleh ahli-ahli Indonesia.
Sistem ini, yang dikenal sebagai “Merah Putih,” diharapkan dapat mengurangi ketergantungan Indonesia pada teknologi asing. “Pengembangan Sistem Processing InaTEWS Merah Putih ini adalah wujud kemandirian bangsa dan upaya untuk mengurangi ketergantungan pada teknologi asing,” ujar Dwikorita, seperti dikutip dari situs resmi BMKG.