Direktur Narasi dan Konten Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar Pranowo-Mahfud MD, Roby Muhamad, menyatakan bahwa Ganjar Pranowo merupakan calon presiden (capres) yang memiliki pemahaman paling mendalam soal masalah kemiskinan di Indonesia.
Pernyataan tersebut didasarkan pada fakta bahwa Ganjar berasal dari keluarga dengan latar belakang ekonomi menengah ke bawah.
Roby menjelaskan hal tersebut dalam diskusi Total Politik dengan tema ‘Mimpi Bonus Demografi: Talenta Muda Masih Bisa Cari Kerja?’ di Jakarta Selatan pada Sabtu (18/11/2023). Awalnya, Roby memberikan gambaran mengenai pendidikan di keluarga Ganjar.
“Mas Ganjar memiliki ayah yang lulusan SD, ibu yang lulusan SMP, dan kakak tertua yang hanya lulusan SMA. Bahkan, baru kakak nomor dua yang melanjutkan ke perguruan tinggi. Dalam keluarganya, tidak ada tradisi untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi karena orang tuanya hanya lulus SD dan SMP. Namun, karena kakak nomor dua melanjutkan kuliah, hal tersebut menjadi inspirasi bagi Mas Ganjar untuk mengejar pendidikan tinggi,” ungkap Roby.
Baca Juga : Mahfud MD Tanggapi Data Pemilih yang Bocor
Dari sana, Ganjar kemudian melanjutkan studi tinggi di jurusan hukum Universitas Gadjah Mada. Roby mengatakan bahwa selama kuliah, Ganjar telah memahami alasan di balik kondisi kemiskinan seseorang.
“Jadi, di atas gunung, kehidupan Mas Ganjar sangat sulit, dan dia tumbuh dalam kondisi ekonomi yang kurang mampu. Di atas gunung, dia menjadi seorang aktivis dan selama kuliah, dia tidak hanya mengalami kemiskinan secara langsung tetapi juga memahami secara intelektual mengapa orang bisa menjadi miskin,” jelas Roby.
“Perbedaannya adalah bahwa Mas Ganjar tidak hanya mengalami kemiskinan, tetapi juga memahami secara intelektual mengapa manusia bisa mengalami kondisi tersebut,” tambahnya.
Roby juga menceritakan perjalanan karir Ganjar Pranowo setelah menyelesaikan kuliah. Ganjar, lanjut Roby, pernah menjadi anggota DPR dan akhirnya terpilih sebagai Gubernur Jawa Tengah selama dua periode.
“Jadi, benar-benar berasal dari lapisan bawah, Ganjar memahami masalah rakyat dengan baik dan memiliki komitmen di tengah jutaan kader partai yang hanya ada satu yang menjadi calon presiden,” katanya.
“Sebagai Gubernur Jateng, dia berhasil mengelola berbagai daerah yang memiliki latar belakang partai yang berbeda-beda. Pengalamannya dalam mengelola lokalitas ini dan menghasilkan hasil yang produktif sangat berbeda dengan Gubernur Jakarta yang hanya perlu menunjuk dan mengangkat Wali Kota, yang kemudian akan menunjuk Camat,” tambahnya.
Roby meyakini bahwa pasangan Ganjar-Mahfud memiliki kemampuan untuk menyelesaikan berbagai permasalahan di Indonesia. Menurutnya, pasangan Ganjar-Mahfud adalah kombinasi yang kuat dan bisa mengatasi masalah bersama-sama.
Ganjar yang Berhasil Turunkan Angka Kemiskinan Jawa Tengah
Setelah memimpin Jawa Tengah selama 10 tahun, Ganjar Pranowo resmi mengundurkan diri pada Selasa (5/9/2023). Dalam pidato perpisahannya, Ganjar mengakui bahwa usahanya untuk mengurangi kemiskinan di wilayah tersebut belum mencapai target yang diinginkan.
Baca Juga : Ganjar-Mahfud Komit Lanjutkan Pembangunan IKN
“Kami menyadari bahwa target angka kemiskinan belum tercapai, tetapi kami berhasil mencatat penurunan yang signifikan, serta peningkatan indeks kebahagiaan karena kebahagiaan tidak dapat dibeli,” ujar Ganjar dalam pidato perpisahannya di GOR Jatidiri, Semarang, pada Selasa (5/9/2023).
Selama kepemimpinan Ganjar, tercatat bahwa angka kemiskinan di Jawa Tengah mengalami penurunan.
Pada Maret 2013, Jawa Tengah memiliki sekitar 4,73 juta penduduk miskin dengan proporsi sebesar 14,56% dari total penduduk provinsi tersebut. Kemudian, pada Maret 2023, jumlah penduduk miskin menurun menjadi sekitar 3,79 juta orang, dengan proporsi 10,77% dari total penduduk.
Dengan demikian, dalam kurun waktu satu dekade kepemimpinan Ganjar Pranowo, jumlah penduduk miskin di Jawa Tengah berhasil berkurang sekitar 941 ribu orang. Meskipun persentase kemiskinannya sempat meningkat selama periode pandemi Covid-19 antara Maret 2020 hingga Maret 2021.